Syukur


Di dalam Al Qur’an terdapat sebuah doa yang khusus Allah berikan kepada seseorang yang sudah mencapai usia 40 tahun.

حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. Al-Ahqof: 15)

Doa ini menarik, setidaknya karena dua hal. Pertama, karena dikhususkan kepada manusia yang telah berusia 40 tahun ke atas. Kedua, doa ini merupakan pengulangan dari doa yang dipanjatkan oleh salah seorang manusia paling sukses sepanjang zaman yang berasal ribuan tahun dari zaman Rasulullah dan zaman kita, yakni Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Ribuan tahun sebelumnya, Nabi Sulaiman berdoa:

وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS. An-Naml: 19)

Kedua doa di atas meminta satu hal yang sama, yakni memohon kepada Allah agar memberikan petunjuk dan kekuatan untuk bersyukur atas apa yang Allah karuniakan kepada mereka dan kedua orang tua mereka.

Jika mengacu pada doa Nabi Sulaiman, ketika dia menyebut orang tuanya, maka yang dimaksud adalah Nabi Daud. Kedua Nabi ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi yang lainnya. Karena ketika nabi-nabi yang lain hidupnya berada dalam keadaan lemah dan tertindas, keduanya justru berada di puncak kekuasaan, sebagai raja, penguasa dan kaya raya.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman sejatinya telah bersyukur kepada Allah.

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ وَسُلَيْمَٰنَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّنْ عِبَادِهِ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman”. (QS. An-Naml: 15)

Akan tetapi kalimat syukur “alhamduliLlah” saja tidaklah cukup. Kepada keluarga Daud, Allah memberikan perintah:

ٱعْمَلُوٓا۟ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (QS. AS-Saba’: 13)

Ternyata, bagi keluarga Daud (termasuk Sulaiman di dalamnya), mengucapkan kalimat syukur tidak cukup. Ada bentuk syukur yang lain yang harus ditunaikan, yaitu i’maluu (bekerjalah!). Bekerja.

Pada QS. AS-Saba ayat 10, 11, 12 dan 13 bahkan Allah memerinci jenis pekerjaan itu. Bahwa bentuk syukur dari karunia tunduknya besi kepada Nabi Daud adalah dengan berkarya membuat baju zirah dengan anyaman dan ukuran yang presisi. Dan bentuk syukur atas ditundukkannya angin, jin dan tembaga kepada Nabi Sulaiman adalah dengan membuat bangunan, patung dan peralatan-peralatan dengan teknologi dan skala manufaktur. Bekerja bagi Nabi Daud dan Nabi Sulaiman adalah bentuk syukurnya.

Maka, ketika kita merefleksikan kepada doa yang dibaca oleh seorang berusia 40 tahun yang sama persis dengan doa Nabi Sulaiman, yakni meminta petunjuk untuk bersyukur, maka sejatinya, itu adalah meminta petunjuk dan kekuatan kepada Allah agar bisa berkarya.

Usia 40 tahun adalah usia dimana seseorang harus sudah selesai dengan dirinya. Ia harus sudah memikirkan karya apa yang bisa dipersembahkan. Kontribusi apa yang bisa disumbangkan untuk agama dan ummat. 40 tahun adalah masa dimana seseorang harus tandang gelanggang, bukan kembali ke barak.

Wallahu a’lam.